Ratu Berita - Ia mengirimkan papan bunga yang berbunyi, Pesan cinta terlarang. "Pak Ahok, cinta terlarang itu haram. Tapi mencintai bapak halal," tulisnya.
Kiriman papan bunga untuk Ahok terus menerus mengalir. Semangat mendukung Ahok bukan hanya terjadi di Jakarta saja, namun seluruh warga yang ada diluar pulau Jawa juga ikut memberikan dukungan bertubi-tubi untuk Aok-Djarot dalam rangka Pilkada 2017.
Kini sudah seperti virus, menyebar ke seluruh daerah Indonesia. Tidak ketinggalan, Sumatera Utara juga ikut ter-semprot pesona Ahok-Djarot. Kiriman papan bunga ini terjadi tepatnya pada momentum Dirgahayu ke-69 Pemprovsu.
Ratusan pejalan kaki dan pengguna jalan mulai terkesima saat melewati seputaran Lapangan Merdeka Medan pada hari Minggu (30/04/17).
Di jantung kota Medan ini, terpajang puluhan berjejer papan bunga untuk pasangan Ahok-Djarot. Meski sejumlah netizen mengkafir-kafir-kan mereka. Tidak hanya pujian saja, papan bunga ini sekaligus dialamatkan sebagai kritik pedas terhadap para kepemimpinan di Sumatera Utara yang mereka anggap jauh dari kata ideal.
Uniknya lagi, papan-papan bunga tersebut datang dari para warga sipil. Entah dari siapa. Kata-kata yang dituliskan di papan bunga tersebut terkesan lucu tapi isinya benar-benar memiliki makna. Ada yang bernada sindiran, pujian dan ada juga pantun serta doa dan harapan.
Bahkan untuk Ahok-Djarot disematkan sebutan "Lae" yang merupakan panggilan akrab ala Batak Toba yang diberikan oleh P Simanjuntak.
"Lae Ahok & Djarot Tosunma Hamu Padua, Hupamonang Huma Pe," tulisnya dalam papan bunga tersebut.
P Simanjuntak penuh harap Lae Ahok-Djarot melakukan kunjungi ke kota Medan. Mereka berharap Ahok-Djarot berkenan untuk memimpin warga Sumut. Pujian gokil turut dikirim oleh Kiru yang menyebut dirinya sebagai warga Sumut yang selingkuh menjadi warga Jakarta.
Ia mengirimkan papan bunga yang berbunyi, Pesan cinta terlarang. "Pak Ahok, cinta terlarang itu haram. Tapi mencintai bapak halal," tulisnya.
Krisis kepimpinan tersuara melalui papan bunga yang dikirimkan oleh warga Medan. Mereka secara terang-terangan mengaku sebagai warga Medan yang merindukan keberadaan Gubernurnya. Mereka seperti benar-benar terkena sentuhan oleh Ahok. "Terimakasih Pak Ahok, semoga karya dan prestasimu dapat dicontoh oleh gubernur lain," begitu tulisnya.
Permintaan untuk Ahok agar peduli dengan Medan ini terlontar dari anak wilayah Simalingkar. Mereka benar-benar berharap Ahok mau merlirik kota yang dibangun oleh Guru Patimpus ini.
"Ahok, aku tau kau tak kan ke Medan, tapi kumohon doakanlah kota Medan," ungkapnya yang kemudian diaminkan oleh anak-anak Simalingkar yang lain.
Lantaran berlaku tegas dan jujur, keras serta lantang dan tidak pantang menyerah dalam menghadapi berbagai cacian. Keluarga Tuk-tuk Rihit Lontung mengecap Ahok sebagai 'Batak Manakklas' alias Batik Tulen yang bisa diartikan sebagai pemimpin yang berani karena benar dan integritasnya teruji membangun negeri.
Melalui pesona Ahok-Djarot, tidak heran bila para inang-inang sambu juga turut mendoakan agar Sumut kelak memiliki pemimpin seperti Ahok-Djarot yang berkinerja bagus dan berkepemimpinan melayani masyarakat dengan baik. Sehingga ketika masa jabatan Gubernur itu berakhir, ia seperti pantun Bunga Melati dari kelompok Rabu KTB yang berisi : Bunga melati, bunga yang indah. Dirangkai untuk hari meriah. Mauliate kami untuk Badja, teladan untuk para generasi muda."
Dan ketika pemimpin itu sudah tidak memimpin lagi, Ia meninggalkan jejak kebaikan yang akan selalu membekas. Ia meninggalkan warisan berupa tata kota yang jauh lebih rapi. Meski Ia harus lengser, Ia tetap pemimpin yang menjadi contoh. Pemimpin seperti ini yang selalu disanjung oleh semua orang.
Kekalahan Ahok seperti kehilangan satu sosok pemimpin yang besar dan berharga. "Hilang ko Ahok, berika bukti tak terbilang untuk seluruh warga," (Ratu Berita)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !